Membaca kitab kuning bukan lah persoalan mudah. Kitab kuning biasa juga disebut dengan kitab gundul.
Kedua istilah ini merujuk
pada kitab-kitab keagamaan berbahasa arab yang menjadi produk pemikiran
ulama-ulama masa lampau (as-salaf). Tidak mudah membacanya karena kitab
tersebut tidak dilengkapi dengan harakat atau tanda baca.
Karena sulitnya membaca kitab ini lah maka penerapan
muthala’ah di pesantren menjadi sangat penting.
Di lingkungan pesantren, istilah muthala’ahmenjadi
sebuah ciri khas dalam mengkaji, menelaah dan mengupas isi kitab-kitab
berbahasa Arab. Saat momen Ramadlan seperti sekarang ini, pesantren-pesantren
marak menyelenggarakan pengajian kitab yang terkenal dengan istilah pasaran.
Dalam program pasaran, umumnya berisi tentang kajian kitab, baik dari unsur
al-Qur’an, Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan lainnya.
Dasar pelaksanaan muthala’ah adalah perintah iqra’
dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5. Untuk dapat memahami Al-Qur’an dan mengamalkannya, penting bagi santri untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya di mana para ulama banyak
membahasnya dalam kitab kuning. Dengan cara muthala’ah ini lah santri berusaha
untuk menerima semua ilmu yang diwariskan oleh ulama melalui kitab kuning.
Makna dan Tujuan Muthola’ah
Dalam kamus Al-Munawwir, muthola’ah merupakan
mashdar dari kata thaala’a (طالع) yang artinya membaca,
mempelajari, dan menelaah. Istilah muthala’ah lebih dari sekedar qira’ah atau
membaca. Qira’ah adalah belajar membaca yang sasarannya agar santri dapat
membaca tulisan atau kitab berbahasa Arab dengan benar. Sedangkan muthala’ah
merupakan kegiatan menelaah sebuah kitab secara teliti dan mendalam.
Tujuan awal muthalaah adalah agar santri terampil
membaca kitab kuning. Tujuan lanjutnya adalah santri dapat melatih diri untuk
bisa membaca dan mengerti atau paham
dengan apa yang dibacanya.
Lebih jauh lagi, tujuan muthala’ah adalah santri
bisa membahas dan meneliti buku-buku atau karya-karya ulama besar dan pemikir
musliam pada umumnya yang tertulis dalam kitab kuning.
Muthala’ah menjadi
kegiatan bukan hanya santri, tapi juga asatidz (para guru), maupun kyai.
Di pesantren, kegiataan muthala’ah ini dijadikan
salah satu mata pelajaran karena mengingat pentingnya kegiatan ini. Muthala’ah
menjadi bagian dalam kurikulum kepesantrenan. Bagi santri yang sudah menyadari
pentingnya muthala’ah, mereka akan mempunyai ruang sendiri untuk ber’uzlah
dalam muthala’ah, melalui halaqah-halaqah kajian keilmuan ataupun bentuk lainnya.
Pembiasaan dalam muthala’ah akan menunjukkan
kepiawaiannya dalam membaca dan membahas kitabkuning.
Semakin sering muthala’ah, santri akan mampu membaca kitab dengan lebih lancar dan bisa menelaah hingga kitab yang mempunyai level kebahasaaraban yang tinggi.
Download Muthola'ah di bawah ini :
- MUTHOLAAH KELAS 2
- MUTHOLAAH KELAS 3
- MUTHOLAAH KELAS 4
- MUTHOLAAH KELAS 5
- MUTHOLAAH KELAS 6
- MUTHOLAAH KELAS 2 MUFRODAT
- MUTHOLAAH KELAS 3 MUFRODAT
- MUTHOLAAH KELAS 4 MUFRODAT
- MUTHOLAAH KELAS 5 MUFRODAT
- MUTHOLAAH KELAS 6 MUFRODAT
0 Komentar